LUWU TIMUR, TEKAPE.co — Kegiatan Panen Padi di Lokasi Penangkaran Benih Padi Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Wotu, Rabu (29/10/2025), menjadi ajang penting bagi Bupati Luwu Timur, Ir H Irwan Bachri Syam ST IPM, untuk menyampaikan hasil pembelajaran dari kunjungan studi tiru ke Jawa.
Pada kesempatan itu, Bupati mengungkapkan bahwa sejumlah kepala desa di Luwu Timur baru saja kembali dari kunjungan kerja yang memberikan banyak pelajaran berharga, khususnya dalam pengelolaan tambak ikan bandeng dan pengembangan potensi desa.
Menurut Bupati Irwan, rombongan kepala desa tersebut melakukan studi tiru terhadap desa-desa potensial di Jawa Timur, salah satunya di Kabupaten Gresik, yang dikenal sukses mengembangkan sektor perikanan, terutama budidaya bandeng.
Hasilnya, kata Irwan, membuka wawasan baru tentang bagaimana desa dapat menghasilkan pendapatan besar tanpa harus memiliki lahan tambak sendiri.
“Bayangkan, ada desa di Gresik yang bisa dapat pendapatan asli desa hampir Rp700 juta per tahun hanya dari pengelolaan bandeng, padahal desanya tidak punya tambak sama sekali,” ungkap Irwan di hadapan petani dan penyuluh pertanian.
Ia menjelaskan, rahasia kesuksesan desa tersebut terletak pada sistem manajemen yang terintegrasi antara masyarakat, pemerintah desa, dan BUMDes.
Pemerintah desa berperan sebagai penyedia pakan dan pembeli hasil panen, sementara masyarakat menjadi pelaku utama budidaya.
“Desa hanya mengelola sistemnya lewat BUMDes. Mereka yang sediakan pakan, mereka juga yang beli hasil panen warga, diolah jadi produk UMKM, dan hasil akhirnya masuk ke kas desa. Itu yang kita mau terapkan di Luwu Timur,” jelas Irwan.
Selain itu, Bupati Irwan juga menyoroti perbedaan teknologi dan metode budidaya bandeng antara daerah di Sulawesi Selatan dan Jawa.
Ia menyebut, para pembudidaya di Gresik justru memelihara air tambak agar lebih tua, karena semakin lama air bertahan, semakin kaya plankton yang menjadi pakan alami ikan.
“Selama ini kita di sini selalu ganti air tiap hari. Tapi di sana, justru air dibiarkan menua karena itu yang membuat bandengnya besar dan sehat,” ujar Irwan.
Yang lebih menarik, lanjutnya, pembudidaya di Gresik tidak hanya menebar bandeng, tetapi juga mengombinasikannya dengan udang dan ikan nila dalam satu kolam. Pola ini terbukti meningkatkan efisiensi sekaligus menjadi sumber pendapatan berkelanjutan.
“Udang dipanen setiap tiga sampai empat bulan, nilanya enam bulan, dan hasil penjualannya dipakai beli pakan untuk bandeng. Jadi ada siklus ekonomi yang tidak putus,” jelasnya.
Irwan menilai, sistem ini sangat potensial untuk diterapkan di beberapa desa pesisir Luwu Timur, seperti Towuti, Malili, dan Burau, yang dikenal memiliki potensi perikanan dan tambak yang luas.
Ia menyebut, langkah selanjutnya adalah menyiapkan pilot project di lima desa sebagai percontohan, bersamaan dengan program Bantuan Keuangan Khusus (BKK) yang akan memperkuat kapasitas BUMDes dalam mengelola potensi lokal.
“Ke depan, semua fasilitas pendukung, termasuk alat mesin pertanian (Alsintan) dan sarana tambak, akan kita paketkan melalui BUMDes agar pengelolaannya lebih tertib dan terarah. Kita tidak mau lagi ada alat bantuan yang dikuasai perorangan,” tegasnya.
Dengan hasil kunjungan studi tiru ini, Bupati Irwan berharap desa-desa di Luwu Timur bisa lebih inovatif dalam mengembangkan potensi lokal, baik di bidang pertanian maupun perikanan.
“Kita belajar dari yang sudah berhasil. Kalau di sana bisa menghasilkan Rp700 juta per tahun tanpa punya tambak, saya yakin di Luwu Timur yang punya lahan luas dan sumber daya besar, hasilnya bisa lebih hebat lagi,” pungkas Irwan optimistis.
Acara panen di BPP Wotu tersebut juga dihadiri oleh Anggota DPRD Luwu Timur, pejabat Forkopimda, perwakilan Bulog, kepala OPD, camat, penyuluh pertanian, dan ratusan petani dari berbagai kecamatan. (*)












